Oleh : Humas FKG Unpad
[fkg.unpad.ac.id] Suatu aktivitas riset tidak hanya berkontribusi pada pengembangan Ilmu Pengetahuan, namun juga dapat melahirkan sejumlah peluang inovasi, nilai ekonomi, dan nilai manfaat untuk publik. Pernyataan tersebut merupakan pembuka materi yang disampaikan oleh Indra Purnama, ST.,M.T., Innovator in Chief VINOV dalam webinar FAST TRACK Sharing FKG Unpad jumat (14/04) secara daring dengan tema “Pengembangan Inovasi Riset FKG Unpad”.
“Mungkin di mata bapak/ibu dosen riset itu orientasinya pengembangan ilmu pengetahuan, dominannya seperti itu. Tapi mungkin yang tidak terlalu banyak disadari adalah dibalik itu sebetulnya banyak sekali peluang yang lain yaitu diantaranya dengan inovasi dalam riset tersebut kita dapat memunculkan nilai ekonomi baru atau nilai manfaat kepada masyarakat sekitar,” lanjut Indra.
Inovasi yang diimplementasikan pada produk/layanan dan model bisnis adalah karakteristik utama dari entitas bisnis yang dinamakan “startup”. “Inovasi itu sebetulnya ruh atau inti dari perusahaan-perusahaan startup. Mengapa startup bisa tumbuh semakin pesat karena mereka sangat intensif melakukan inovasi,” kata beliau.
Menurut Indra, inovasi di bidang Kesehatan dan Ilmu hayati telah menarik minat banyak investor di seluruh dunia, hampir menyamai sektor IT/digital. Startup itu identik dengan digital dan startup kiblatnya itu di Silicon Valley. Yang menarik adalah sejak beberapa tahun terakhir investasi di Silicon Valley ke startup itu sudah tidak lagi didominasi oleh digital tapi muncul bidang-bidang yang lain, dan salah satu bidang yang meningkat tajam adalah startup di bidang health and life sciences.
“Kenapa hal ini bisa terjadi karena saat ini mereka menyadari dengan banyaknya teknologi, beragam kebutuhan dan keinginan manusia ini bisa dipenuhi dengan mudah, sehingga manusia memikirkan ke tahap berikutnya, bagaimana hidup supaya lebih panjang,” tambahnya.
Indra juga mengatakan bahwa saat ini tidak hanya Lembaga keuangan yang berperan dalam mendanai dan mendukung startup. Saat ini mulai bermunculan investor-investor corporate venture dari perusahaan di bidang kesehatan yang telah mulai aktif mendukung startup dan inovasi eksternal di bidang Kesehatan. Ini adalah venture capital yang didirikan oleh perusahaan, contohnya di dunia kesehatan itu Pfizer.
“Bedanya peran strategis ketika sebuah startup diinvest oleh venture capital biasa dibandingkan dengan corporate venture capital adalah supportnya akan lebih lengkap, misalkan bukan hanya dana yang didapatkan bisa saja fasilitas produksi, channel kepada distribusinya, atau akses kepada laboratorium-laboratorium yang mereka punya, jadi banyak sekali yang bisa disupport.,” jelasnya. Walaupun ekosistem di Indonesia belum matang, namun startup/inovator bidang kesehatan di Indonesia dapat dengan mudah mengakses ekosistem Singapura.
Cara untuk memanfaatkan peluang menarik investor startup
Indra memberikan tips bagaimana memanfaatkan peluang menarik investor startup diawali dengan memahami dan menetapkan peran dalam rantai riset hingga komersialisasi. “Riset itu bisa kita lanjutkan dengan inovasi hanya outputnya sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih efisien tapi kita belum bayangkan implementasinya di dunia nyata akan seperti apa, nah itu dilanjutkan dengan inovasi,” jelas Indra.
Inovasi akan menghasilkan produk/layanan yang akhirnya akan memunculkan peluang bisnis baru. Dalam tahap technical feasibility bagaimana kita dapat atau tidak mencapai itu, sementara di fase berikutnya adalah user disability yaitu apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Pada tahap business/financial viability, apakah layak atau tidak secara bisnis, skala ekonominya layak atau tidak dan menguntungkan atau tidak.
Pada akhirnya kita membutuhkan peran orang yang berbeda-beda juga. Istilah The Hacker yaitu orang yang memahami teknis, kalau di bidang Kesehatan gigi dan mulut adalah orang-orang yang memahami bagaimana memelihara gigi dan mulut secara baik. The Hipster bisa kita sebut desainer, yaitu orang yang paham apa kebutuhan user dan dia dapat menciptakan apa yang dibutuhkan user tersebut. Sedangkan The Hustler adalah orang yang memainkan peran bisnisnya.
Selanjutnya mengeksplorasi peluang novelti/inovasi lintas bidang keahlian. Perlu adanya kerjasama lintas bidang karena zaman sekarang itu inovasi-inovasi yang unggul adalah inovasi-inovasi yang lintas disiplin menurut Indra. “Karena dengan seperti itu nilai manfaat dari inovasi tersebut akan optimal. Misalkan yang terkait dengan kedokteran gigi itu digital, Teknik mesin, kimia, biologi, dan farmasi,” tambahnya.
Kemudian manfaatkan ekosistem seperti dana riset, incubator, STP, dan teknologi transfer office. “Ketika kita punya ide dan belum tahu mengembangkannya menjadi produk jadi, kita dapat disupport dengan inkubator. Untuk dapat masuk ke pasar kita dapat disupport oleh accelerator lalu ada venture capital. Dan menariknya di Indonesia kini sudah memungkinkan perusahaan teknologi untuk masuk ke pasar modal, seperti startup itu dapat menggalang dana melalui IPO di pasar modal melalui pengembangan atau akselerasi,” ujarnya. Dan yang terakhir adalah dengan memahami dan mulai menjalani tahapan dan metodologi inovasi.
Pengelola Inkubator Universitas Indonesia sekaligus pemateri kedua webinar ini, Ferie Budiansyah, SE., pun memberikan tips bagaimana meningkatkan inovasi riset dalam industri. Menurut Ferie, kondisi ideal yang diinginkan oleh kampus di Indonesia pada saat melakukan penelitian, mereka menerapkan 3 tujuan yaitu, riset industry, melakukan lisensi dan mereka mendapatkan royalty dari penggunaan riset tersebut. Yang kedua yaitu melakukan publikasi jurnal yang selama ini dilakukan oleh periset dan yang terakhir adalah masuk ke dalam dunia bisnis atau startup.
Beberapa program peningkatan riset kampus yang dapat diadopsi oleh FKG Unpad diantaranya dengan cara melakukan fasilitas riset kerjasama kemitraan industri, workshop penulisan penelitian, melakukan startup bootcamp, melibatkan mahasiswa berbagai rumpun ilmu, melakukan kunjungan industry, fasilitas hibah industry/kementerian, dan mengikuti lomba penelitian dosen/mahasiswa.
Selain itu program-program yang dapat dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan pameran inovasi, katalog inovasi denga mempublikasikan dan menyebarluaskan inovasi, dan melakukan press release terhadap inovasi-inovasi yang telah dilakukan.
“Ada metode yang dapat dilakukan peneliti yaitu riset demand pull dengan belanja masalah kepada industri, kita masukan industri menjadi bagian dari kita. Pada saat inovasi itu diluncurkan, kita dapat bermitra dengan industri tersebut dan kita akan dibantu dari sisi ekosistemnya,” kata Ferie.
“Karena salah satu kelebihan industry itu adalah mereka sudah memiliki ekosistem untuk memasarkan produknya. Kita bisa mengajak industri untuk berkolaborasi dalam tim kita untuk melakukan inovasi terhadap riset kita,” tutupnya.
Dengan materi serta tips yang diberikan oleh para narasumber dalam webinar ini harapannya dapat mengajak dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan serta kapasitas dalam bidang riset demi meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta kualitas hidup melalui inovasi-inovasi dan translasi riset seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset Dr. Sri Susilawati, drg.,M.Kes.